Sunday 9 August 2009

Menikah di Atas Loko

Pilih Menikah di Atas Loko
Pacaran 8,5 Tahun, Sama-Sama Edan Sepur

JOGJA - Ada-ada saja yang dilakukan Soni Gumilang dan Ana Kristiningsih ini. Saking hobinya dengan kereta api, menikah pun dilakukan di atas lokomotif. Tentu saja tindakan mereka tak hanya membuat kaget petugas Stasiun Tugu dan Lempuyangan. Ratusan calon penumpang di dua stasiun itu juga dibuat terperangah.

Pemandangan langka itu pun sontak menjadi tontonan warga di sekitar rel, maupun pengendara yang kebetulan melintasi perlintasan Teteg Malioboro. Bagaimana tidak, menikah di atas lokomotif yang sedang berjalan adalah tidak lazim. Namun hal itu bukan tidak mungkin bagi dua orang penggila kereta api itu.

Meski untuk bisa melakukan hajatnya itu, Soni mengaku sempat mengalami beberapa kesulitan. ''Kami harus minta izin dulu kepada Kadaop VI PT KAI. Prosesnya memang rumit. Tapi akhirnya kami bisa menyewa loko untuk rute Tugu-Lempuyangan untuk proses pernikahan kami," imbuh karyawan perusahaan periklanan di Jakarta ini.

Loko sewaan milik Depo Loko Jatinegara Jakarta itu pun dihiasi layaknya mobil pengantin. Lengkap dengan bunga warna-warni di depan. Sebelum berangkat dari Stasiun Tugu, sepasang pengantin menunggu di ruang pimpinan perjalanan KA. Hal itu membuat calon penumpang penasaran. Beberapa di antaranya mengintip ke dalam ruang pimpinan.

Tepat pukul 12.50, PPKA Stasiun Tugu, petugas stasiun Harsono meniup peluit dan mengangkat 'Semboyan 1' tanda loko siap berangkat. Junaidi yang didaulat menjadi masinis lantas membunyikan 'semboyan 35' atau terompet lokomotif. Loko pun berjalan dengan kecepatan minimal.

Lambat laun, KLB (Kereta Luar Biasa) tak bergerbong ini meninggalkan Stasiun Tugu melalui rel jalur 2. Ratusan calon penumpang tak lupa memberikan aplaus tepuk tangan. Meski sempat terheran-heran dan kagum. ''Selama ya, semoga kuat mengarungi kehidupan, sekuat badan kereta api,'' ujar seorang penumpang KA sambil melambai.

Saat dilakukan prosesi pernikahan di atas loko, pasangan pengantin itu mengaku sempat grogi. Karena mereka harus berdiri di luar loko bernomor CC 201103 itu di bagian depan. Meskipun loko yang dijalankan Junaidi tidak melaju kencang.

''Paling ngeri saat melintas diatas jembatan Kewek sambil membunyikan Semboyan 35 atau klakson KA," kata Soni dan Ana, kompak. Kendati merasa ngeri, pasangan pengantin ini malah melambaikan tangan dan mengacungkan jempol dengan cueknya kepada orang-orang yang melintas di Jalan Abu bakar Ali tepat di bawah Jembatan Kewek.

''Mereka memang sempat kaget saat klakson saya bunyikan," ungkap Junaidi. Ketika KA berhenti di Stasiun Lempuyangan, Soni yang mengenakan jas warna gelap langsung menggandeng istrinya yang bergaun satin warna putih panjang masuk ruang resepsi di Gedung Pertemuan, komplek Diklat PT Kereta Api Indonesia, timur Stasiun Lempuyangan.

Kedatangan pasangan pengantin unik itu segera disambut lagi dengan tepuk tangan meriah oleh ratusan tamu yang sudah menunggu di depan gedung. ''Ini memang menjadi cita-cita kami setelah 8,5 tahun pacaran. Ya, akhirnya kami bisa juga menikah di atas loko yang sedang berjalan," papar Soni dengan wajah sumringah.

Ana menambahkan, cita-cita itu dilakukan karena mereka merupakan penggila kereta api sejak kecil. ''Saya dan Mas Soni memang edan sepur," ungkapnya. Keduanya juga tergabung sebagai anggota Indonesian Railway Preservation Society (IRPS) atau komunitas penumpang KA di Jakarta yang beranggotakan lebih dari seratus orang.

Sebagai penghobi kereta dan lokomotif, tentu saja mereka mempunya koleksi miniatur lokomotif dan kereta api. ''Jumlahnya ratusan," kata Ana yang mengaku rumahnya tidak terlalu jauh dari stasiun kereta api. (yog)